I am going to tell you about my story. But, Now i wanna tell you use Indonesian language or combine language.
Sekarang, saya kuliah di Universitas Lancang Kuning semester 2. Namun, perjuangan orang tua tidak sedikit untuk menyekolahkan saya hingga saat ini. Banyak rintangan serta cobaan yang kami terima terutama pada faktor ekonomi.
Before, Introduce my self. My name is Ayu Anggita. You can call me Ayu, Anggi or Gita. I was born in Bandung, 22 mei 1997. I live in Rumbai. Ayah saya hanya karyawan swasta pada sebuah PT di Minas, Pekanbaru, Riau. Dan Ibu saya hanyalah Ibu Rumah Tangga yang selalu siap support anak dan suaminya. I am very proud have parents as them.
Pada kesempatan ini, saya ingin bercerita sedikit mengenai lika - liku kehidupan, semoga dapat menjadi motivasi bagi para pembaca. Awal kami datang atau menginjakkan kaki di Riau ini pada tahun 2000. We don't have anyone and anything. But, we are believe, bahwa kami pasti bisa hidup di rantau orang ini.
Little Information, alasan kami pindah dari Bandung ke Riau, because any problem between Palembang peoples and Medan peoples. Pada saat itu, sekitar pukul 05.00 Ayah saya sedang mencuci mobil kesayangannya, lalu terlihat banyak orang menghampiri beliau, lalu beliau ditusuk, dipukul, dan dibacok, so my father fall ke dalam tempat buangan air di tempat cucian mobil itu. Salah satu dari mereka turun ke bawah untuk memastikan my father is dead or not. But, mereka fikir ayah saya sudah meninggal, lalu mereka pergi meninggalkan ayah saya yang sudah pingsan akibat kehabisan darah.
Salah satu teman ayah saya melihat mobil beliau bersimbah darah dan kaca mobil sudah pecah semua. Teman ayah saya pun menghampiri ayah yang sudah tergenang di air dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Teman ayah saya yang kerap saya panggil Paman segera membawa My Father to near hospital.
Setelah itu, Uncle segera datang ke rumah saya dan menjumpai ibu untuk memberitahu kabar buruk itu. My mom very sad and shock after listen the bad news. Pada saat itu umur saya kurang dari 1 years. Saya belum bisa berjalan, namun saya sudah harus dibawa ke Rumah Sakit untuk menemani Ayah because in the House nobody person. And we don't have family in the Bandung city.
In Hospital, banyak orang - orang baik yang menggendong, memberi snack, and memandikan serta mengajak saya bermain. Tidak hanya sampai disitu, suku Palembang itu pun datang ke RS untuk memastikan korban - korbannya sudah meninggal semua dan jika ada yang masih hidup mereka pasti dengan sadisnya membunuh mereka di tempat. The little information, Ayah saya dirawat di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.
Para petugas RS bekerjasama dengan para keluarga korban untuk menyembunyikan korban di suatu tempat yang tidak dapat diketahui by Palembang peoples.
Ayah saya pun berhasil disembunyikan dan Palembang peoples go from Hasan Sadikin Hospital. Ayah saya segera di Operasi dengan membutuhkan banyak sekali kantong darah yang bergolongan O. Banyak jahitan dan sambungan usus pada Ayah saya. 1 month my father dirawat di RS itu.
Lalu, we decided to move from Bandung to Riau because we are afraid any perang suku susulan. Setelah kami di Riau tepatnya di Pasar Minggu, ekonomi keluarga sangat menipis. Kami tidak punya uang lagi dan Ayah harus bekerja walau dalam keadaan belum stabil atau belum pulih. Pada saat itu, gaji ayah Rp.7000/hari. My parents are confused by salary in the Pasar Minggu. Untuk makan pun sulit.
Lalu, ada teman ayah yang memberitahu any job in Minas, especially in PT Leko Nindo Minas Barat. My Father agree to work in Minas. And until now, Father still work in this PT.
Saat ini, saya hanya ingin menjadi orang hebat yang mampu menjual skill saya untuk membahagiakan kedua orang tua. Mungkin saya tidak dapat membayar peluh keringat, perjuangan serta pengorbanan mereka. Saya hanya dapat melihat panasnya matahari yang menyingsing semangat orang tua saya bekerja.
Suatu saat nanti, saya berjanji akan melindungi mereka dari panas dan lelahnya bekerja. Saya akan wujudkan cita - cita saya hanya demi orang - orang tercinta dan terkasih yaitu orang tua yang siap mempertaruhkan nyawa serta waktunya untuk anak yang mereka impikan dapat menolong pada masa tuanya.
Terkadang ketika saya libur, saya membantu mereka. Dan saya yakin tidak akan mampu begini setiap hari. But, Ayah saya mampu dengan ikhlasnya demi saya.
Saat ini, hanya belajar dengan sungguh - sungguh serta berdoa yang dapat saya lakukan. Saya berdoa agar mereka selalu diberi umur panjang, kesehatan serta keikhlasan dan selalu berada dalam jalannya Allah. Amiin.
Saran saya, kita sebagai anak jangan putus asa dalam belajar, kita harus ingat orang tua di Rumah yang senantiasa berjuang demi kita, berjanjilah untuk menjadi orang hebat demi orang tua yang kita sayangi. Karena, perjuangan mereka tidak sedikit untuk membesarkan dan menyekolahkan kita.
Dan, pesan Ayah yang selalu saya ingat yaitu "JUJUR". Karena kejujuran adalah hal terpenting dalam kesuksesan kita kelak.
I am always love you Dad and Mom. I wanna huge you always and anytime. I wanna see you everyday and everytime. But, it imposible. Because, I must study in here. Itu semua demi kalian. Demi orang - orang yang paling saya sayangi. Now, We are can't together. But, Later We are certain together forever.
Love You Dady And Momy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar